SMA Budi Murni -1 Medan
KEPALA SEKOLAH SMA BUDI MURNI-1 : DRA. R. ISTI BANDARANI
Selamat Datang di Blog khusus ini.
Blog ini kami siapkan untuk tempat berbagi pengalaman dan sharing berbagai hal demi kemajuan dan kejayaan SMA Budi Murni - 1 Medan.
Saran dan Kritik yang membanguntentu sangat kami harapkan...terlebih saran-saran dan kritik yang membangun.
Sabtu, 07 November 2009
OPRAH WINFREY
Anda semua barangkali sudah kenal “OPRAH WINFREY”...dia seorang presenter paling populer di Amerika...yang acara2nya juga ditayangkan selalu di salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia. OPRAH selain presenter terpopuler...dia juga tergolong wanita selebritis terkaya versi majalah Forbes, konon..kekayaannya lebih dari US $ 1 milyar.....wah spektakuler kan....Bagaimana tidak...acaranya tidak hanya ditayangkan di Amrik sana...konon juga copy acara “The Oprah Winfrey Show” diputar di hampir seantero penjuru dunia ini.
OPRAH ..lahir di Mississipi. Kedua orangtuanya merupakan pasangan Afro-Amerika. Nama ayahnya Oprah Gail Winfrey, seorang mantan serdadu yang kemudian menjadi ‘tukang cukur’,. Ibunya bekerja sebagai seorang pembantu rumah tangga. Tapi di kemudian hari kedua orangtuanya bercerai. Oprah kecil pun diasuh oleh neneknya yang tinggal di suatu kawasan kumuh dan sangat miskin.
Oprah kecil memang sudah menunjukkan sifat luar biasa sejak kecil. Kawan2 bayangin aja....di umur 3 tahun dia sudah dapat membaca Injil dengan keras.
"Membaca adalah gerai untuk mengenal dunia" katanya dalam suatu wawancaranya.
Perjalanan hidup Oprah kecil ternyata tidaklah menyenangkan...dan tidak semua masa kecilnya membahagiakan.
Pada usia 9 tahun, Oprah mengalami pelecehan sexual, dia diperkosa oleh saudara sepupu ibunya sendiri bersama teman-temannya dan kejadian itu terjadi berulang kali.
Di usia 13 tahun Oprah harus menerima kenyataan hamil dan melahirkan, namun bayinya meninggal dua minggu setelah dilahirkan.
Setelah kejadian itu, Oprah lari ke rumah ayahnya di Nashville . Ayahnya mendidiknya dengan sangat keras dan disiplin tinggi. Oprah yang menganjak usia remaja diwajibkan membaca buku dan membuat ringkasannya setiap pekan. Walaupun tertekan berat, namun kelak disadarinya bahwa didikan keras inilah yang menjadikannya sebagai wanita yang tegar, percaya diri dan berdisiplin tinggi.
Prestasinya sebagai siswi teladan di SMA membawanya terpilih menjadi wakil siswi yang diundang ke Gedung Putih. Beasiswa pun di dapat saat memasuki jenjang perguruan tinggi. Oprah pernah memenangkan kontes kecantikan, dan saat itulah pertama kali dia menjadi sorotan publik..
Karirnya dimulai sebagai penyiar radio lokal saat di bangku SMA. Karir di dunia TV dia bangun diusia 19 tahun. Jadilah Oprah menjadi wanita negro pertama dan termuda sebagai pembaca berita stasiun TV lokal tersebut.
Oprah memulai debut talkshow TVnya dalam acara People Are Talking. Dan keputusannya untuk pindah ke Chicago lah yang akhirnya membawa Oprah ke puncak karirnya. The Oprah Winfrey Show menjadi acara talkshow dengan rating tertinggi berskala nasional yang pernah ada dalam sejarah pertelevisian di Amerika. Sungguh luar biasa!
Latar belakang kehidupannya yang miskin, rawan kejahatan dan diskriminatif, mengusik hatinya untuk berupaya membantu sesama. Tayangan acaranya di telivisi selalu sarat dengan nilai kemanusiaan, moralitas dan pendidikan. Oprah sadar, bila dia bisa mengajak seluruh pemirsa telivisi, maka bersama pemirsa, dia akan mudah mewujudkan segala impiannya demi membantu mereka yang tertindas.
Oprah juga dikenal dengan kedermawanannya. Berbagai yayasan telah disantuni, antara lain, rumah sakit dan lembaga riset penderita AIDs, berbagai sekolah, penderita ketergantungan, penderita cacat dan banyak lagi.
Dan yang terakhir, pada 2 januari 2007 lalu, Oprah menghadiri peresmian sekolah khusus anak-anak perempuan di kota Henley-on-Klip, di luar Johannes Burg, Afrika Selatan, yang didirikannya bersama dengan pemirsa acara televisinya. Oprah menyisihkan 20 juta pounsterling ( 1 pons kira2 rp. 17.000,- ) atau 340 milyiar rupiah dari kekayaannya. "Dengan memberi pendidikan yang baik bagi anak2 perempuan ini, kita akan memulai mengubah bangsa ini" ujarnya berharap.
Kisah Oprah Winfrey ialah kisah seorang anak manusia yang tidak mau meratapi nasib. Dia berjuang keras untuk keberhasilan hidupnya, dan dia berhasil.
Dia punya mental baja dan mampu mengubah nasib, dari kehidupan nestapa menjadi manusia sukses yang punya karakter. Semangat perjuangannya pantas kita teladani!
Semoga kisah OPRAH WINFREY ini dapat menginspirasi kalian anak2ku SMA BOEMSA untuk bangkit...berjuang...dan bermimpi meraih cita2 dan masa depanmu. GBU.
Rabu, 04 November 2009
Kejahatan Yang Sempurna
Kompas (25/06/2008)
Penyangkalan atas fakta atau memindahkan makna dari fakta telah menjadi tren dalam pentas kasus di negeri ini. Kasus-kasus sidang penyuapan jaksa, dugaan pelecehan seksual, dan konspirasi pembunuhan berjalan sangat rumit dan berlika-liku.
Pertanyaannya, masih adakah kebenaran? Selalu ada fakta dan bukti yang gugur meski jelas dari pemikiran awam bahwa fakta itu mengandung kebenaran. Kita juga melihat, adagium utopis ”kejahatan yang sempurna” (perfect crime) benar-benar ada.
Kejahatan sempurna bukan epos tentang penjahat yang tidak pernah tertangkap penegak hukum dan mempertanggungjawabkannya dengan menjalani hukuman. Kejahatan sempurna adalah kejahatan terorganisasi dan dilakukan oleh pengambil keputusan dari institusi legal. Institusi yang rentan untuk melakukannya adalah aparatus negara.
Pembeda utama antara mafia dan aparat negara adalah soal legalitas. Dari sisi di mana pembuat dan pelaksana hukum berdiri, sebuah organisasi mafia adalah ilegal dan melanggar hukum.
Sophistokrat
Bagaimana jika aparat negara menjadi penjahat? Dengan kekuasaannya, mereka akan meyakinkan publik bahwa semua tuduhan yang dialamatkan kepada mereka adalah keliru. Mereka akan menjadi sophistokrat.
Plato dalam Republic menggambarkan sophist sebagai a sort of wizard atau seorang imitator hal paling nyata. Mereka bukan produsen kebenaran meski amat memahami diktum kebenaran. Mereka hanya memberi kesan kebenaran itu sendiri (Phaedrus, 275b, 276a).
Kecanggihan dalam memanipulasi dan selalu mempertanyakan kebenaran membuat kabur hubungan fakta dan kebenaran. Jika kita terbius keyakinan bahwa segala sesuatu tentang fakta adalah ilusi, mereka berhasil. Kebenaran lalu menjadi soal yang bisa dinegosiasikan.
Orang-orang sophis selalu berbicara tentang hantu, pengingkaran, dan penolakan dengan mempertanyakan kembali. Kecanggihan mereka seperti setan yang memainkan simulasi yang selalu ada di ruang samar-samar dan meyakinkan, sebuah kesalahan adalah hal paling benar (Deleuze, 1994:127).
Di berbagai ruang, institusi di republik ini telah dipenuhi sophistokrat. Mereka mempunyai lingkaran dengan berbagai profesi yang sejatinya hanya kamuflase. Semakin banyak hal yang secara faktual benar lalu menjadi lenyap dan berganti makna. Demikian juga dengan argumentasi yang mereka bangun akan dengan mudah dipercayai meski tidak masuk akal.
Apakah rakyat dan publik harus disalahkan karena membiarkan mereka berjaya? Tidak mudah menjawabnya karena mereka menguasai instrumen kekuasaan. Letak kehebatan para sophistokrat adalah kepiawaian melakukan dekonstruksi atas usaha-usaha meletakkan fondasi bagi konsensus kebenaran dan norma- norma moral di atas tatanan hukum dan politik. Prestasi besar mereka adalah membuat kebenaran menjadi hal yang seolah-olah benar.
Konsensus kebenaran
Sulitkah menentukan kebenaran? Filsuf Giambatista Vico (1965) memercayai, sensus communis (common sense) merupakan awal yang baik untuk menjelajah kebenaran dan menjadi dasar bagi konsep kebijaksanaan. Namun, yang kini terlihat adalah perlombaan seni berbicara (retorika) daripada menyatakan hal yang sesungguhnya (right thing).
Kebenaran sendiri terlalu paradoksal dan dilematis diperdebatkan. Akan tetapi, kita harus menyetujui tatanan kebenaran. Konsensus kebenaran harus diletakkan di aras kepentingan publik dan persepsi mereka atas kondisi politik dan hukum yang moralis.
Kebenaran publik tentu menjadi sesuatu yang lebih tinggi daripada kebenaran sektarian meski kebenaran publik bisa berubah seiring waktu.
Kita dihadapkan persoalan yang belum terselesaikan oleh agenda demokratisasi pasca-Orde Baru. Pelembagaan civil society yang belum kuat merupakan sebab gagalnya konsolidasi sipil untuk meletakkan batas-batas moralitas yang haus dipenuhi penyelenggara negara.
Perubahan dalam internal institusi, baik eksekutif, legislatif, yudikatif, maupun konstitutif, cenderung berjalan tanpa kontrol. Yang tampak adalah diorama pertarungan antar keluarga gajah dan masyarakat menjadi pelanduk yang hampir mati di tengah arena mereka.
Bagaimana melakukan model pelembagaan konsensus? Setidaknya ada tiga hal penting.
Pertama, memulihkan agenda penguatan civil society yang bisa mengelola perbedaan kepentingan dari berbagai kelompok di dalamnya. Jaminan negara atas perbedaan pendapat harus ditepati. Dalam pembuatan regulasi, hak-hak konstitusional warga atas kebebasan dan pertanggungjawaban harus dikedepankan.
Kedua, membangun mekanisme keseimbangan kekuasaan dan saling kontrol antarinstitusi negara. Tidak boleh ada institusi yang mempunyai kewenangan lebih besar dari yang lain. Masing-masing harus mempunyai kewenangan sebagai eksekutor. Hal yang penting adalah membuat mekanisme yang mampu meniadakan tawar-menawar antar institusi negara dalam rangka membela kepentingan yang bersifat pribadi masing-masing.
Ketiga, meletakkan landasan normatif bangsa dan negara sebagai acuan yang selalu mempunyai relevansi bagi kinerja institusi negara dan bisa dijadikan pegangan. Semangat kebenaran yang berlaku universal bisa menjadi pegangan informal. Hal itu menjelma menjadi suara hati dari nurani yang amat menentukan pilihan-pilihan politiknya.
Para sophistokrat adalah aktor kejahatan yang sempurna. Jangan sampai mereka membuat negara dengan segenap institusinya sebagai panggung dari sandiwara perdebatan tanpa usai. Sementara rakyat hanya menjadi penonton yang harus membayar mahal untuk pementasan yang sama sekali tidak bermutu.
M Faishal Aminuddin Direktur Eksekutif Lembaga Pengkajian INDIGO
Penyangkalan atas fakta atau memindahkan makna dari fakta telah menjadi tren dalam pentas kasus di negeri ini. Kasus-kasus sidang penyuapan jaksa, dugaan pelecehan seksual, dan konspirasi pembunuhan berjalan sangat rumit dan berlika-liku.
Pertanyaannya, masih adakah kebenaran? Selalu ada fakta dan bukti yang gugur meski jelas dari pemikiran awam bahwa fakta itu mengandung kebenaran. Kita juga melihat, adagium utopis ”kejahatan yang sempurna” (perfect crime) benar-benar ada.
Kejahatan sempurna bukan epos tentang penjahat yang tidak pernah tertangkap penegak hukum dan mempertanggungjawabkannya dengan menjalani hukuman. Kejahatan sempurna adalah kejahatan terorganisasi dan dilakukan oleh pengambil keputusan dari institusi legal. Institusi yang rentan untuk melakukannya adalah aparatus negara.
Pembeda utama antara mafia dan aparat negara adalah soal legalitas. Dari sisi di mana pembuat dan pelaksana hukum berdiri, sebuah organisasi mafia adalah ilegal dan melanggar hukum.
Sophistokrat
Bagaimana jika aparat negara menjadi penjahat? Dengan kekuasaannya, mereka akan meyakinkan publik bahwa semua tuduhan yang dialamatkan kepada mereka adalah keliru. Mereka akan menjadi sophistokrat.
Plato dalam Republic menggambarkan sophist sebagai a sort of wizard atau seorang imitator hal paling nyata. Mereka bukan produsen kebenaran meski amat memahami diktum kebenaran. Mereka hanya memberi kesan kebenaran itu sendiri (Phaedrus, 275b, 276a).
Kecanggihan dalam memanipulasi dan selalu mempertanyakan kebenaran membuat kabur hubungan fakta dan kebenaran. Jika kita terbius keyakinan bahwa segala sesuatu tentang fakta adalah ilusi, mereka berhasil. Kebenaran lalu menjadi soal yang bisa dinegosiasikan.
Orang-orang sophis selalu berbicara tentang hantu, pengingkaran, dan penolakan dengan mempertanyakan kembali. Kecanggihan mereka seperti setan yang memainkan simulasi yang selalu ada di ruang samar-samar dan meyakinkan, sebuah kesalahan adalah hal paling benar (Deleuze, 1994:127).
Di berbagai ruang, institusi di republik ini telah dipenuhi sophistokrat. Mereka mempunyai lingkaran dengan berbagai profesi yang sejatinya hanya kamuflase. Semakin banyak hal yang secara faktual benar lalu menjadi lenyap dan berganti makna. Demikian juga dengan argumentasi yang mereka bangun akan dengan mudah dipercayai meski tidak masuk akal.
Apakah rakyat dan publik harus disalahkan karena membiarkan mereka berjaya? Tidak mudah menjawabnya karena mereka menguasai instrumen kekuasaan. Letak kehebatan para sophistokrat adalah kepiawaian melakukan dekonstruksi atas usaha-usaha meletakkan fondasi bagi konsensus kebenaran dan norma- norma moral di atas tatanan hukum dan politik. Prestasi besar mereka adalah membuat kebenaran menjadi hal yang seolah-olah benar.
Konsensus kebenaran
Sulitkah menentukan kebenaran? Filsuf Giambatista Vico (1965) memercayai, sensus communis (common sense) merupakan awal yang baik untuk menjelajah kebenaran dan menjadi dasar bagi konsep kebijaksanaan. Namun, yang kini terlihat adalah perlombaan seni berbicara (retorika) daripada menyatakan hal yang sesungguhnya (right thing).
Kebenaran sendiri terlalu paradoksal dan dilematis diperdebatkan. Akan tetapi, kita harus menyetujui tatanan kebenaran. Konsensus kebenaran harus diletakkan di aras kepentingan publik dan persepsi mereka atas kondisi politik dan hukum yang moralis.
Kebenaran publik tentu menjadi sesuatu yang lebih tinggi daripada kebenaran sektarian meski kebenaran publik bisa berubah seiring waktu.
Kita dihadapkan persoalan yang belum terselesaikan oleh agenda demokratisasi pasca-Orde Baru. Pelembagaan civil society yang belum kuat merupakan sebab gagalnya konsolidasi sipil untuk meletakkan batas-batas moralitas yang haus dipenuhi penyelenggara negara.
Perubahan dalam internal institusi, baik eksekutif, legislatif, yudikatif, maupun konstitutif, cenderung berjalan tanpa kontrol. Yang tampak adalah diorama pertarungan antar keluarga gajah dan masyarakat menjadi pelanduk yang hampir mati di tengah arena mereka.
Bagaimana melakukan model pelembagaan konsensus? Setidaknya ada tiga hal penting.
Pertama, memulihkan agenda penguatan civil society yang bisa mengelola perbedaan kepentingan dari berbagai kelompok di dalamnya. Jaminan negara atas perbedaan pendapat harus ditepati. Dalam pembuatan regulasi, hak-hak konstitusional warga atas kebebasan dan pertanggungjawaban harus dikedepankan.
Kedua, membangun mekanisme keseimbangan kekuasaan dan saling kontrol antarinstitusi negara. Tidak boleh ada institusi yang mempunyai kewenangan lebih besar dari yang lain. Masing-masing harus mempunyai kewenangan sebagai eksekutor. Hal yang penting adalah membuat mekanisme yang mampu meniadakan tawar-menawar antar institusi negara dalam rangka membela kepentingan yang bersifat pribadi masing-masing.
Ketiga, meletakkan landasan normatif bangsa dan negara sebagai acuan yang selalu mempunyai relevansi bagi kinerja institusi negara dan bisa dijadikan pegangan. Semangat kebenaran yang berlaku universal bisa menjadi pegangan informal. Hal itu menjelma menjadi suara hati dari nurani yang amat menentukan pilihan-pilihan politiknya.
Para sophistokrat adalah aktor kejahatan yang sempurna. Jangan sampai mereka membuat negara dengan segenap institusinya sebagai panggung dari sandiwara perdebatan tanpa usai. Sementara rakyat hanya menjadi penonton yang harus membayar mahal untuk pementasan yang sama sekali tidak bermutu.
M Faishal Aminuddin Direktur Eksekutif Lembaga Pengkajian INDIGO
Senin, 02 November 2009
Peringkat HDI Indonesia
Human Development Index
UNDP pernah mengumumkan, kalau peringkat HDI Indonesia berada di peringkat 112 dari 175 negara. Jauh di bawah negara --negara tetangga kita sekalipun semisal Malaysia, Singapore, Thailand dan Filipina.
Malaysia misalnya, negara jiran yang dulu pernah bersekolah di Indonesia itu menempati peringkat 58, jauh di atas Indonesia yang dulu pernah menjadi gurunya. Thailand berada di peringkat 74; sementara Filipina di peringkat 85.
Mutu Manusia
Pada dasarnya HDI merupakan satuan yang dikembangkan oleh UNDP untuk mengukur keberhasilan pembangunan pada suatu negara. HDI merupakan suatu angka yang diolah berdasarkan tiga dimensi sekaligus; masing-masing adalah panjang usia (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup (standard of living) suatu bangsa. Secara teknis ketiga dimensi ini dijabarkan menjadi beberapa indikator, yaitu kesehatan dan kependudukan, pendidikan serta ekonomi.
Indikator kesehatan menyangkut angka kematian bayi (infant mortality rate), angka kematian balita (under-five mortality rate), dsb. Indikator kependudukan menyangkut usia harapan hidup (life expectancy), penduduk yang tak mempunyai harapan hidup sampai usia 60 tahun (people not expected to survive to age 60), dsb. Indikator pendidikan menyangkut angka melek huruf (literacy rate), anak yang berpendidikan sampai kelas lima sekolah dasar (children reaching grade 5), angka partisipasi pendidikan (enrollment ratio), dsb. Sedangkan indikator ekonomi antara lain menyangkut indeks kemiskinan (poverty index).
Berdasarkan indikator-indikator tersebut jelaslah HDI merupakan ukuran keberhasilan (atau kegagalan) pembangunan kesehatan dan kependudukan, pendidikan, serta ekonomi pada suatu bangsa. Implikasinya HDI yang tinggi menunjukkan keberhasilan pembangunan kesehatan, kependudukan, pendidikan dan ekonomi di suatu negara; sebaliknya HDI yang rendah menunjukkan pembangunan kesehatan, kependudukan, pendidikan dan ekonomi di suatu negara.
Selanjutnya penafsiran HDI sebagai indikator mutu manusia kiranya tidak terlalu salah sepanjang satuannya adalah bangsa atau manusia di negara tertentu, dan konteksnya terbatas pada kesehatan, kependudukan, pendidikan dan ekonomi. HDI bukanlah ukuran mutu manusia dalam satuan individu atau orang per orang.
Apakah publikasi UNDP yang mendudukkan Indonesia di peringkat 112 dari 175 negara untuk tahun 2003 menunjukkan bahwa mutu manusia Indonesia rendah? Untuk menjawab masalah ini perlu kita pelajari sistem publikasi UNDP itu sendiri. Dalam mempublikasi laporan tahunannya, UNDP mengklasifikasi negara-negara di dalam kelompok tinggi (high human development) dengan indeks di atas 0,800; kelompok menengah (medium human development) dengan indeks 0,501 sampai dengan 0,800; serta kelompok rendah (low human development) dengan indeks di bawah 0,500.
Indonesia dengan indeks 0,682 dimasukkan di dalam kelompok menengah, yaitu pada peringkat 112 dari 175 negara. Di kelompok menengah ini terdapat banyak negara tetangga kita seperti Vietnam, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Di luar itu ada Meksiko, Brasilia, Rusia, dan Cina. Di kelompok tinggi ada nama-nama Singapura, Norwegia, Eslandia, Australia, Jepang, Amerika Serikat (AS); sedangkan di kelompok rendah terdapat nama-nama Nepal, Bangladesh, Togo, Nigeria, Mauritania, Angola, dan Burundi.
Melihat data tersebut, prestasi Indonesia tidaklah terlalu buruk, setidak-tidaknya lebih baik dari negara-negara yang berada di kelompok rendah. Mutu manusia Indonesia sedang-sedang saja. Mutu manusia Indonesia lebih baik dibanding Nepal, Bangladesh, Togo, Mauritania, Nigeria, dan Angola; tetapi lebih buruk dibanding Singapura, Norwegia, Eslandia, Australia, Jepang, dan AS.
Persoalannya ialah, mengapa mutu manusia Indonesia lebih rendah atau lebih buruk daripada Vietnam (109), Filipina (85), Thailand (74), Malaysia (58), dsb? Mengapa mutu manusia Indonesia berada jauh di bawah Brunei Darussalam (31), Singapura (28), dan Australia (11) yang ketiganya berada di kelompok tinggi? Mengapa mutu manusia Indonesia lebih rendah daripada kelompok manusia di sekitarnya?
Tiga Kata Kunci
Lebih buruknya mutu manusia Indonesia dibanding Vietnam, Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura dan Australia harus kita akui untuk kemudian dapat kita jadikan alat pemicu dan pemacu untuk memperbaiki diri.
Ada tiga kata kunci untuk meningkatkan mutu kita; masing-masing adalah visi, komitmen, dan disiplin. Dalam hal visi kita bisa belajar dari Malaysia misalnya. Negeri Jiran yang satu ini semenjak pertengahan tahun '90-an sudah membuat visi yang dikenal dengan Malaysia 2020.
Pada pertengahan tahun '90-an pemerintah Malaysia sudah memiliki gambaran masyarakat Malaysia seperempat abad ke depan sehingga program-program pembangunan di negara tetangga itu difokuskan pada pencapaian visi. Siapapun yang berkuasa dan memimpin negeri akan selalu berpegang pada visi yang telah menjadi kesepakatan bangsa. Dengan demikian segala upaya di- sinergikan untuk mencapai visi.
Dalam hal komitmen kita bisa belajar dari Thailand misalnya. Ketika Thailand dan Indonesia sama-sama dibantai krisis pertengahan 1997 ternyata kedua negara benar-benar porak-poranda. Bangsa Thailand ternyata mempunyai komitmen yang kuat untuk mengakhiri krisis. Komitmen ini diimplementasi ke tingkat operasional.
Dalam hal disiplin kita dapat belajar dari Singapura. Negara yang mungil ini bisa menjadi maju dan menjadi pusat perhatian dunia karena kedisiplinan di berbagai bidang dijunjung tinggi.
Apakah kita telah memiliki visi, komitmen dan disiplin untuk lebih memajukan manusia Indonesia?
Apakah kita berani mengambil pelajaran dari publikasi UNDP tersebut untuk belajar dari negara-negara lain yang lebih maju, khususnya negara tetangga kita? Itu semua sangat tergantung kepada komitmen kita bersama.
Jadi jika diliat dari uraian diatas kita dapat menyimpulkan bahwa indikator disiplin belajar itu adalah :
1.Keuletan
2.Keyakinan
3.Semangat dan
4.Kepedulian
>keuletan : tanpa ini kita tidak bisa menghasilkan sesuatu yang berkualitas.
>Keyakinan : jika kita tidak yakin apa yang akan kita lakukan, untuk apakah kita belajar.
>semangat : tanpa semangat tidak akan ada rasa keinginan untuk belajar.
>Kepedulian : Belajar untuk kepentingan bersama dan tidak untuk kepentingan Individual semata.
Mudah-mudahan tulisan singkat ini dapat menginspirasi kita semua.
Minggu, 01 November 2009
Tips Cara Hidup Bahagia
Orang yang ingin hidup bahagia perlu menjaga empat perkara.
Pertama : teguh menjaga kehormatan.
Kedua : rela menerima apa yang sedikit.
Ketiga : berbuat kebaikan setiap hari.
Keempat : memelihara lidah dari perkataan yang kotor.
Kita akan merasa bahagia apabila orang merasa senang dengan kita dan
mencintai diri kita seperti mencintai dirinya sendiri.
Sabtu, 31 Oktober 2009
Hidup ini penuh Tantangan
Hmmm... beberapa waktu yang lalu ada teman suruh buka untuk fesbukan baru saya buka FB dan teringat kok ndak sekalian aja buka blog. Walaupun kepikiran juga..kalau buka blog..apa ya yang mau ditulis....ya!!!
Tapi..setelah buka FB, oooh..ternyata menyenangkan, saya dapat berjumpa dengan kawan-kawan lama, yang sudah puluhan tahun tak jumpa, dan lebih menyenangkan lagi bisa jumpa dengan ratusan muridku, baik yang masih sekolahan di Boemsa sekarang, apalagi tuh...alumni Boemsa. Saya terkagum-kagum dan bangga mengenal dan mengetahui keberhasilan-keberhasilan anak-anak alumni Boemsa, yang wow,...it's amazing...ternyata alumni Boemsa menyebar di seantero Indonesia ini, jangan-jangan di seantero jagat raya ini ya… hehe. Saya bangga dengan itu...ini sebenar-benarnya lho...dan tau ndak kalian ...ternyata Ibu Negara .,.. alumni Boemsa juga lho.
Tapi...setelah buka blog...saya agak bingung juga nih... soalnya ide yang mau ditulis apa gitu ya… kebetulan hari ini saya merasa banyak tantangan yang saya hadapi, terlebih setelah dipercayakan menjadi Kepala Sekolah SMA Budi Murni - 1 makanya ambil judul ini aja sama dengan ketika buka FB “tuliskan apa yang anda pikirkan”... nah sama, saya tulis aja sesuai judul ini juga.
Sebenarnya menulis tidak susahkan ya… itu 'kan yang dikatakan Guru Bahasa Indonesia dulu..hehe...seorang bloggerkan memang bisa menjadi juru tulis nantinya bahkan jadi Citizen Journalism, hanya tinggal diseriuskan saja…seperti teman saya ada yang rajin nulis malah dia bisa dapatkan penghasilan berkat menulis, baik itu nulis di blog ataupun nulis masuk media cetak/koran.
Nah awalnya saya juga tertarik sambil belajar makanya buka nih blog… selain itu yang penting ingin sharing pengalaman, info, ilmu dan lainnya sambil memperbanyak relasi memperkuat silaturahim. Itu dia yang menjadi motivasinya, namun saya sadar kok...ke depannya tidak akan bisa berjalan mulus… akan ada rintangan dan hambatan dalam menjalankannya, nah inilah yang menjadi tantangan bagi saya, ternyata dengan di publishnya tulisan ini saya sudah berhasil menjawab tantangan yang ada. Saya akan berusaha kedepannya akan sering posting .
Selain itu ada lagi dong tantangan lainnya… lewat blog ini sebenarnya saya menginginkan banyak masukan, saran dan ide-ide dari semua pihak dalam menjadikan SMA Boemsa menjadi The Best High School..... target… target itu dia… tantangan yang harus bisa ditaklukkan.
Target penting dalam setiap langkah kehidupan kita ‘kan!!!!, Untuk itu...sobat-sobat blogger semuanya...terlebih anak-anak Boemsa dan ...alumni-alumni tuh...yang sudah pasti sangat mencintai Almamaternya dong, ... jangan mau ketinggalan memberi masukan berharga buat adek-adekmu...soalnya tantangan mereka semakin berat lho...kamu-kamu semua beri motivasi dan semangat belajar buat adek-adekmu..biar adek-adekmu bangga dengan kakak-kakaknya...
Bagi saya sih tak ada masalah yang tak bisa diselesaikan...apalagi kalo kita semua mau memberi perhatian, sama-sama cari solusi, buat terobosan2 dan strategi baru… pokoknya harus lebih kreatif dan inovatif ... gitu 'kan!!!! Apalagi saat ini sudah dalam masa Milenium ke-3 , jaman semakin cepat berubah, teknologi semakin maju pesat...terlebih teknologi informatika..ya ‘kan.
Saya percaya, sobat blogger semuanya turut mendoakan kiranya Tuhan memberkati dan melimpahkan
rahmatNya kepada SMA Boemsa yang kita banggakan ini ... agar bisa mulus jalan untuk mencapai target kita semua.
Tantangan demi tantangan dalam hidup akan terus kita hadapi… itu tidak bisa dielakkan karena akan terus berhadapan dengan kita. Untuk itu jalan yang paling baik adalah berusaha untuk tetap konsisten berusaha semaksimal mungkin, lakukan perubahan setiap hari, jadikan hari esok selalu lebih baik dari hari ini, focus kepada target dan tetap menyerahkan semuanya kepada Yang Maha Kuasa, ... pasti Allah Bapa di surga akan memberi kita kekuatan dan jalan keluar agar berhasil menghadapi tantangan yang ada.
Ini dulu tulisan saya kali ini, next saya akan usahakan rutin nulis, sharing info, pengalaman, ilmu dan lainnya… semangat ngeblog harus kita bangkitkan.
Dra. R. Isti Bandarani
Jumat, 30 Oktober 2009
1) TIADA KETEKUNAN YANG TIDAK MEMBAWA HASIL...
BILL GATES & PAUL ALLEN
Kisah Maestro Microsoft Bill Gates and Paul Allen
William Henry Gates III atau lebih terkenal dengan sebutan Bill Gates, lahir di Seatle , Washington pada tanggal 28 Oktober 1955.
Ayah Bill, Bill Gates Jr., bekerja di sebuah firma hukum sebagai seorang pengacara dan ibunya, Mary, adalah seorang mantan guru.
Bill adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Sejak kecil Bill mempunyai hobi "hiking", bahkan hingga kini pun kegiatan ini masih sering dilakukannya bila ia sedang "berpikir".
Bill kecil mampu dengan mudah melewati masa sekolah dasar dengan nilai sangat memuaskan, terutama dalam pelajaran IPA dan Matematika.
Mengetahui hal ini orang tua Bill, kemudian menyekolahkannya di sebuah sekolah swasta yang terkenal dengan pembinaan akademik yang baik, bernama " LAKESIDE ". Pada saat itu, Lakeside baru saja membeli sebuah komputer, dan dalam waktu seminggu, Bill Gates, Paul Allen dan beberapa siswa lainnya (sebagian besar nantinya menjadi programmer pertama MICROSOFT) sudah menghabiskan semua jam pelajaran komputer untuk satu tahun.
Kemampuan komputer Bill Gates sudah diakui sejak dia masih bersekolah di Lakeside . Dimulai dengan meng"hack" komputer sekolah, mengubah jadwal, dan penempatan siswa
Tahun 1968, Bill Gates, Paul Allen, dan dua hackers lainnya disewa oleh Computer Center Corp. untuk menjadi tester sistem keamanan perusahaan tersebut. Sebagai balasan, mereka diberikan kebebasan untuk menggunakan komputer perusahaan. Menurut Bill saat itu lah mereka benar-benar dapat "memasuki" komputer. Dan disinilah mereka mulai mengembangkan kemampuan menuju pembentukan Microsoft, 7 tahun kemudian.
Selanjutnya kemampuan Bill Gates semakin terasah. Pembuatan program sistem pembayaran untuk Information Science Inc, merupakan bisnis pertamanya. Kemudian bersama Paul Ellen mendirikan perusahaan pertama mereka yang disebut Traf-O-Data. Mereka membuat sebuah komputer kecil yang mampu mengukur aliran lalu lintas. Bekerja sebagai debugger di perusahaan kontrkator pertahanan TRW, dan sebagai penanggungjawab komputerisasi jadwal sekolah, melengkapi pengalaman Bill Gates.
Musim gugur 1973, Bill Gates berangkat menuju Harvard University dan terdaftar sebagai siswa fakultas hukum. Bill mampu dengan baik mengikuti kuliah, namun sama seperti ketika di SMA, perhatiannya segera beralih ke komputer.
Selama di Harvard, hubungannya dengan Allen tetap dekat. Bill dikenal sebagai seorang jenius di Harvard. Bahkan salah seorang guru Bill mengatakan bahwa Bill adalah programmer yang luar biasa jenius, namun seorang manusia yang menyebalkan.
Desember 1974, saat hendak mengunjungi Bill Gates, Paul Allen membaca artikel majalah Popular Electronics dengan judul "World`s First Microcomputer Kit to Rival Commercial Models". Artikel ini memuat tentang komputer mikro pertama Altair 9090. Allen kemudian berdiskusi dengan Bill Gates. Mereka menyadari bahwa era "komputer rumah" akan segera hadir dan meledak, membuat keberadaan software untuk komputer - komputer tersebut sangat dibutuhkan. Dan ini merupakan kesempatan besar bagi mereka.
Desember 1974, saat hendak mengunjungi Bill Gates, Paul Allen membaca artikel majalah Popular Electronics dengan judul "World`s First Microcomputer Kit to Rival Commercial Models". Artikel ini memuat tentang komputer mikro pertama Altair 9090. Allen kemudian berdiskusi dengan Bill Gates. Mereka menyadari bahwa era "komputer rumah" akan segera hadir dan meledak, membuat keberadaan software untuk komputer - komputer tersebut sangat dibutuhkan. Dan ini merupakan kesempatan besar bagi mereka.
Kemudian dalam beberapa hari, Gates menghubungi perusahaan pembuat Altair, MITS (Micro Instrumentation and Telemetry Systems). Dia mengatakan bahwa dia dan Allen, telah membuat BASIC yang dapat digunakan pada Altair. Tentu saja ini adalah bohong. Bahkan mereka sama sekali belum menulis satu baris kode pun. MITS, yang tidak mengetahui hal ini, sangat tertarik pada BASIC. Dalam waktu 8 minggu BASIC telah siap. Allen menuju MITS untuk mempresentasikan BASIC. Dan walaupun, ini adalah kali pertama bagi Allen dalam mengoperasikan Altair, ternyata BASIC dapat bekerja dengan sempurna. Setahun kemudian Bill Gates meninggalkan Harvard dan mendirikan Microsoft. Kisah Bill Gates Meninggalkan Harvard Demi Mengejar Impian
Ketika ia bosan dengan Harvard, Gates melamar pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan komputer di daerah Boston .. Gates mendorong Paul Allen untuk mencoba melamar sebagai pembuat program di Honey-well agar keduanya dapat melanjutkan impian mereka untuk mendirikan sebuah perusahaan perangkat lunak.
Pada suatu hari di bulan Desember yang beku, Paul Allen melihat sampul depan majalah Popular Mechanics, terbitan Januari 1975, yaitu gambar komputer mikro rakitan baru yang revolusioner MITS Altair 8080 (Komputer kecil ini menjadi cikal bakal PC di kemudian hari). Kemudian Allen menemui Gates dan membujuknya bahwa mereka harus mengembangkan sebuah bahasa untuk mesin kecil sederhana itu. Allen terus mengatakan, Yuk kita dirikan sebuah perusahaan. Yuk kita lakukan. kami sadar bahwa revolusi itu bisa terjadi tanpa kami. Setelah kami membaca artikel itu, tak diragukan lagi dimana kami akan memfokuskan hidup kami.
Kedua sahabat itu bergegas ke sebuah komputer Harvard untuk menulis sebuah adaptasi dari program bahasa BASIC. Gates dan Allen percaya bahwa komputer kecil itu dapat melakukan keajaiban. Dari sana pula mereka mempunyai mimpi, tersedianya sebuah komputer di setiap meja tulis dan di setiap rumah tangga.
Semangat Allen dan Gates tidak percuma. Berawal dari komputer kecil itulah yang menjadi mode dari segala macam komputansi. Dan sekarang bisa Anda lihat bahwa PC telah benar-benar menjadi alat jaman informasi. Dan hampir setiap orang mengenal Bill Gates sebagai orang terkaya di dunia saat ini.
Langganan:
Postingan (Atom)